Blog ini sedang mengikuti kompetisi sayembara blog. Mohon dukungannya

Kamis, 04 Juni 2015

Bagaimana Cara Menyikapi Bonus Demografi tersebut?


          Sebelumnya saya telah membahas tentang bagaimana dampak bonus demografi tersebut disini. Seperti yang sudah kita ketahui dampaknya ada yang positif dan ada yang negatif. Semua dapat berubah tergantung bagaimana cara kita menyikapinya. Seandainya kita mempersiapkannya, kita tentu mampu memaksimalkannya, dan tentunya kita mampu meminimalisir dampak negatifnya tersebut. Lalu bagaimana caranya?

          Sebagai pihak yang bertugas dalam memimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyat-rakyatnya, sudah seharusnya pemerintah menyiapkan berbagai langkah yang mestinya dipersiapkan mulai dari sekarang. Karena, jika tidak rakyat mereka juga yang akan merasakan dampak negatifnya. Dan individu, terutama generasi muda untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya peningkatan SDM mereka agar kelak mereka lebih siap dalam menghadapinya.

Lantas apa saja yang semestinya kita lakukan?

Pendidikan


          Sektor yang paling utama dan yang paling penting karena percuma saja jika tenaga kerja berlimpah tapi tidak terdidik. Orang yang produktif haruslah orang yang berkualitas, berpendidikan bagus dan bisa bekerja secara produktif juga. 

          Sudah seharusnya pemerintah mempertegas kembali sistem wajib belajar 12 tahun dan mengurangi jumlah siswa yang terkena DO (Drop Out) dari sekolahnya dikarenakan tidak mampu. Serta merevisi kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah agar lebih berpikir kreatif sehingga kelak mereka lebih berpotensi di dunia kerja nanti.

           Bisa juga dengan membangun sekolah baru, menambah jumlah guru yang tentunya juga harus berkualitas, dan memperdalam pembelajaran bahasa Inggris karena kelak kita akan bersaing juga dengan para pekerja asing serta meningkatkan kemampuan dalam informatika karena mau tak mau kita sekarang berada di era digital.

          Pemerintah juga bisa memberikan pelatihan agar mereka juga mempunyai kemampuan yang cukup di dunia kerja seperti pemagangan. Dan hendaknya, pemerintah juga mendorong dan memotivasi para generasi muda agar kelak tidak hanya bergantung untuk menjadi PNS saja tapi menjadi wirausahawan. Sehingga masalah pengangguran juga bisa teratasi. Misalnya, pemerintah memberikan program pemberian pinjaman modal kepada orang yang ingin membuka wirausaha sehingga mereka menjadi terdorong untuk melakukannya. 

Fakta : Data badan Pusat Statistik tahun 2003 menunjukkan hanya sekitar 2,7 persen dari angkatan kerja di Indonesia yang berpendidikan perguruan tinggi, sementara 54,6 persen angkatan kerja adalah tamatan sekolah dasar atau tidak menamatkan sekolah dasar .

         Statistik tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah SD/MI di Indonesia adalah 177.539, SMP/MTs 49.486, SMA/MA 19.173. Riset UNDP di tahun 2011 menyebutkan bahwa rata-rata lama sekolah di Indonesia adalah 5,8 tahun.

          Pendidikan di Indonesia ini seolah-olah "didesain" untuk membuat penduduk Indonesia tidak memiliki ijazah SMA. Menurut Anies Baswedan dalam forum Pengajar Muda Indonesia Mengajar disebutkan bahwa jika diurutkan, jumlah SD lebih banyak dari SMP, jumlah SMP lebih banyak SMA. 

Bagaimana pendidikan bisa merata jika jumlahnya saja tidak seimbang?

Pembangunan


         Laju pertumbuhan penduduk usia produktif tentunya juga harus diimbangi dengan peningkatan jumlah lapangan kerja. Untuk apa coba? Tenaga kerja banyak tapi lapangan pekerjaan tidak ada. Ibarat ikan yang tak berkolam, lambat laun pasti akan mati kehabisan nafas. Itulah umpamanya jika tidak, akan terjadi banyak pengangguran.

         Untuk itu sudah seharusnya mulai dari sekarang pemerintah mempersiapkan lapangan kerja yang layak untuk menyambut tenaga kerja yang akan berlimpah tersebut. Tentunya bukan hanya lapangan pekerjaan biasa tapi lapangan pekerjaan yang padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja

Fakta : Ahmad Erani, meyebutkan dalam tulisannya di Kompas (17/6/2014) "Dekade yang Hilang" bahwa saat ini justru pertumbuhan ekonomi tak banyak memproduksi lapangan keja di sektor pertanian dan industri. Pada 2008, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomu membuka 181.000 lapangan kerja, kemudian 436.000, tetapi pada 2013 tinggal 164.000.

           Sekarang pertanyaannya, mampukah pemerintah mempersiapkan lapangan pekerjaan sebanyak itu untuk menyambut tenaga kerja yang banyak pula?

        Lagipula tidak hanya pembangunan lapangan pekerjaan,  tapi juga pembangunan lainnya seperti pembangunan infrastruktur seperti jalur transportasi agar kelak lebih efektif dalam bekerja. Dan juga pembangunan di bidang jaringan internet, karena kita berada dalam dunia digital. Di internet kita bisa mempromosikan dan menjual karya kita orang lain di sosial media ataupun toko online. Kita juga bisa menjual kemampuan kita kepada siapapun karena dunia maya itu tidak terbatas.

Kependudukan


          Kita telah mengetahui bahwasanya, biasanya orang akan berpindah ke kota karena disana lebih banyak lapangan pekerjaan. Ya, mereka benar. Tapi, yang harus diingat kalau pesaing mereka juga lebih banyak sehingga kadang kala lapangan pekerjaan itu tidak mencukupi.

          Tidak ada salahnya kalau pemerintah menggalakkan program transmigrasi lebih intensif, karena disana kita bisa membuat lapangan pekerjaan baru apalagi kita juga bisa memanfaatkan lahan di desa yang belum padat penduduknya sehingga. Atau bisa juga dengan diberi program dimana pemerintah akan memberikan tunjangan/bonus, lahan, ataupun fasilitas lain seperti tempat tinggal bagi orang yang mau bekerja ke daerah yang tidak padat penduduk, sehingga orang akan mempertimbangkan lagi hal tersebut.

Kesehatan


          Pemerintah juga seharusnya memperhatikan sisi kesehatan karena kita juga membutuhkan tenaga kerja yang berkualitas sehingga mereka bisa bekerja dengan optimal. Seperti penyediaan layanan kesehatan dibidang kesehatan remaja khususnya reproduksi serta penanggulangan perilaku tidak sehat seperti penyalahgunaan narkoba, alkolhol, rokok, pergaulan bebas. Penyalahgunaan narkoba dapat membuat para generasi muda kehilangan masa depannya sehingga ketika dia dewasa kelak dia hanya menghabiskan waktu di panti rehabilitasi(kalau ketahuan) atau kalau belum ketahuan dia malah akan membuat onar untuk mendapatkan barang haram tersebut sehingga mereka yang seharusnya produktif menjad konsumtif..

          Dan pergaulan bebas dapat membuat hal-hal yang tak diinginkan terjadi, sehingga banyak generasi muda yang menikah muda dan tidak melankutkan pendidikan lagi. Akibatnya, kualitas dari generasi muda yang menjadi bonus demografi kelak tidak akan mempunyai kecakapan dalam menghadapi persaingan di dunia kerja. Serta dalam penyuksesan program KB untuk mengatasi jumlah tenaga kerja yang semakin banyak. Juga bisa dimulai nutrisi 1000 hari pertama sejak kelahiran contohnya posyandu. Karena, dalam jangka waktu tersebut masa-masa untuk perkembangan otak. Sehingga kelak, kita akan mempunyai generasi muda yang sehat dan cerdas.

          Lagipula, anggaran yang sebelumnya diprogramkan untuk penduduk nonproduktif (0-15 tahun dan >65 tahun) bisa dipakai untuk peningkatan dibidang lain karena penduduk usia nonproduktif sedikit pada saat itu. Dan peningkatan upah tenaga kerja juga membuat mereka semakin termotivasi untuk lebih produktif.

Sekian artkel mengenai cara menyikapi bonus demografi dari saya.
Terima kasih telah membaca.

Saran dan kritik dipersilahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar